Sabtu, 14 Juni 2014

LATAR BELAKANG, HAKEKAT PENGELOLAAN KELAS DAN PROBLEM-PROBLEM DALAM KELAS

A.    Latar Belakang Pengelolaan Kelas
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa, setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: 1. Sarana Gedung, 2. Buku yang berkualitas, 3. Guru dan tenaga kependidikan yang profesional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa.
Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, dan sumber serta evaluasidiperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dikmaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Djamaroh menyebutkan “masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering di diskusikan oleh penulis profesional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan palig baik, sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh menjadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk prilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.

B.     Hakekat Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan gabungan dari kata pengelolaan dan kelas. Pengelolaan dalam bahasa inggris diistilahkan sebagai Management, yakni pengelolaan kelas identik dengan manajemen. Berarti pengelolaan atau manajemen adalah kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.[1]
Seangkan kelas, menurut Hamalik kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pembelajaran dari pembelajar. Sementara Ahmad mengatakan kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar.[2]
Sedikit lebih kompleks, Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:[3]
1.      Kelas dalam arti sempit, yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah pebelajar berkumpul untuk mengikuti prosesbelajar mengajar.
2.      Kelas dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamismenyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi pengelolaan kelas secara etimologi adalah sebagai upaya merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelomok belajar yang dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran[4]
Adapaun pengertian pengelolaan kelas secara terminology seperti yang diungkapkan oleh Wilford, yang mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat prilaku yang kompleks dimana pembelajar menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para pebelajar mencapai tujuan pebelajaran secara efisien.[5]
Pengertian pengelolaan kelas juga bisa ditinjau dari segi paham lama dan paham baru, yakni sebagai berikut:
1.      Paham lama     : Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas.
2.      Paham baru      : Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alat-
  alat tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas.
            Pengajaran yang bersifat transaksi memakai dua pola aktivitas, yaitu pengajaran dan pengelolaan. Pengajaran terutama bersifat individual, sedang pengelolaan kelas bersifat kelompok. Artinya individu dapat mencapai perkembangan dengan baik hanya dalam kelompok dengan berintegrasi, kerjasama, dan merupakan kesatuan yang bulat. Ini yang disebut pendekatan anak, yang mencakupnsituasi kelompok dan self discipline. Keterampilan guru yang dimaksud disini ialah mengembangkan kemampuan untuk menterjemahkan konsep dalam tindakan bagi kemajuan kelas.[6]
Pengelolaan kelas berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat.
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kedua, pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan.
Hasibuan & Moedjono mengartikan pengelolahan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial.
Pengelolahan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolahan kelas maksudnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusifbagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.
Pengelolahan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun yang menunjukkan dirinya kedalam dunia pendidikan, maka penting untuk mengetahui pengertian pengelolahan kelas.
Pada hakekatnya pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukug terjadinyaproses pembelajaran yang lebih berkualitas. Berikut ini beberapa hakekat pengelolaan kelas:[7]
1.      Pengelolaan kelas adalah serankaian tindakan pembelajar yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memlihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.
2.      Tujuan pengelolaan kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.tujuan pembelajaran adalah membantu pebelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif.

C.    Problem-problem Dalam Kelas
Masalah-masalah yang ada dalam kelas itu bisa ditimbulkan dari seorang guru dan siswa itu sendiri. Masalah yang ditimbulkan oleh guru, diantaranya yaitu:
1.      Kurangnya kesiapan guru baik secara fisik maupun non fisik.
2.      Kurang tangapan seorang pendidik terhadap anak didiknya.
3.      Sikap kepribadian pendidik yang tidak mencerminkan tingkah laku seorang pendidik.
4.      Penguasaan guru pada bahasa asing kurang, sehingga tidak mampu membaca buku-buku sumber aslinya.
5.      Guru kurang memperhatikan siswa secara individual.
6.      Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa.
7.      Guru terlalu banyak kegiatan diluar sekolah untuk mencari tambahan biaya hidup.
Adapun masalah-masalah yang timbul dari siswa sendiri terdiri dari dua macam, yakni:
1.      Masalah-masalah individual
Rudolf Dreiklurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Empat kelompok tersebut adalah:
a.       Ingin mendapat perhatian.
b.      Ingin menunjukkan kekuatan.
c.       Untuk menyakiti orang lain.
d.      Menunjukkan ketidakmampuan
2.      Masalah-masalah kelompok
Dalam perkembanganya setiap individu dalam kelompok pasti akan menjumpai problem atau masalah dalam kelompok tersebut. Masalah kelompok akan muncul jika tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas akan jadi membosankan dan akhirnya para siswa dalam kelompok bersikap pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Masalah kelompok diantaranya yaitu:
a.        Kesatuan kelompok.
b.      Interaksi dan komunikasi.
c.       Struktur kelompok.
d.      Tujuan-tujuan kelompok.
e.       Kontrol (hukum).
f.       Iklim kelompok
Sedangkan menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa pada garis besarnya adalah sebagai berikut:[8]
a.       Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
b.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi kesana-kemari dan lain sebagainya.
c.       Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temanya, ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
d.      Mudah bereaksi negatif atau terganggu.
e.       Moral rendah, permusuhan, aggresif.
f.       Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti annggota kelas baru dan situasi baru.
Adapun cara menanggulangi masalah-masalah tersebut adalah:
a.       Penyebab-penyebab kenakalan anak.
1)      Faktor perkembangan jiwa pada periode puberitas.
2)      Lingkungan keluarga yang broken home.
3)      Lingkungan sekolah yang menjemukan, kurang kreatif dan otoriter.
4)      Lingkungan masyarakat penuh spekulasi dan sebagainya.
b.      Gejala-gelajalanya.
c.       Cara menanggulanginya.




[1] Imam Azhar, Pengelolaan Kelas dari Teoritis ke Praktis (Yogyakarta: Insyira, 2013), 15.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibid., 16.
[5] Ibid.
[6] Made Pidarta, Pengelolaan Kelas (Surabaya: Usaha Nasional), 11
[7] Imam Azhar, Op.Cit., 20-21.
[8] Made Pidarta, Op.Cit., 19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar