Senin, 09 Juni 2014

PEMBELAJARAN KELOMPOK


THE POWER OF TWO, POINT COUNTER POINT, DAN CARD SORT

A.    The Power Of Two 
1.      Pengertian strategi The Power of Two
Kemp menjelaskan, bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat tersebut, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah satu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.[1]
Sedangkan The Power of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang, menggabungkan kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua atau lima siswa. [2]
Aktivitas ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan menegaskan manfaa sinergi yakni, bahwa dua kepala adalah lebih baik daripada satu.[3]
Langlah-langkah strategi The Power of Two, adalah sebagai berikut: [4]
a.       Membuat problem, dalam proses belajar, guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam menentukan jawaban.
b.      Guru meminta peserta didik untuk merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
c.  Guru membagi peserta didik berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen atau bisa juga diacak, setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain.
d.     Guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
e.    Guru meminta peserta diik untuk mendiskusikan hasil sharing-nya. Dalam proses belajar, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
2.      Tujuan stratregi pembelajaran the power of two
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai, diantaranya yaitu:[5]
a.       Membiasakan belajar aktifnsecara individu dan kelompok.
b.      Untuk meningkatkan belajar kolaboratif.
c.   Agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah yang terkait dengan materi pokok.
d.      Meminimalkan kegagalan.
e.       Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
3.      Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran the power of two
a.      Kelebihan strategi the power of two
1)  Siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri.
2)   Mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan ide-ide atau gagasan orang lain.
3)    Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
4)      Membantu siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya.
5)      Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
b.      Kekurangan strategi the power of two[6]
1)  Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2) Dengan adanya pembagian kelompok secara berpasang-pasangangn, membuat pembelajaran kurang kondusif.
3) Dengan adanya kelompok, siswa yang kurang bertanggunjawab dalam tugas, membuat mereka lebih mengandalkna pasangannya.
4)    Dengan leluasanya pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal kepada tujuan pembelajaran maka tujujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
5)  Penilaian kelompok akan membutakan penilaian secara individu bila seorang guru tidak jeli dalam pelaksanaanya.
6)      Mengembangkan kesadaran kelompok membutuhkan waktu yang lama.
7)  Membutuhkan lebih banyak fasilitas, waktu, juga biaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8)  Selama diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topic masalah yang dibahas meluas sehingga tidak sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan.

B.     Point Counter Point 
1.      Pengertian strategi point counter point
Menurut Hamruni model pint counter point merupakan model pembelajaran dengan teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompliks. Format point counter point, mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan lebih cepat.
Sebuah debat bisa menajadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang berentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas.[7] 
Suprijono juga menyebutkan bahwa metode pembelajaran point counter point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Jika metode pembelajaran in dikembangkan, maka yang harus diperhatikan adalah materi pembelajaran. Di dalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontroversi, missal G30 S PKI, serangan umum 1 maret 1949, dan lain-lain.[8]
2.      Langkah-langkah strategi point counter point
Langkah-langkah strategi point counter point adalah sebagai berikut:[9]
a.       Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok.
b.      Aturlah posisi mereka sedemikian rupa, sehingga mereka berhadap-hadapan.
c. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk meruuskan argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkan.
d.     Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi seara internal, mulailah mereka berdebat.
e.   Setelah seorang peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
f.    Dipenghujung waktu pelajaran, buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titk temu argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.
3.      Kelebihan dan kekurangan strategi point counter point
a.       Kelebihan strategi point counter point[10]
1)    Dengan perdebatan sengit akan mempertajam hasil pembicaraan. Dengan demikian siswa akan trampil berbicara dan mengeluarkan pendapatnya terhada isu yang dibicarakan. Selain itu siswa juga trampil menyanggah pendapat temannya dengan menggunakan alas an-alasan yang cukup relevan.
2)  Segi permaslahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang mendebat/ menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil yang lebih tepat mengenai suatu masalah. Siswa akan saling mengasah pikiran masing-masing untuk memperkuat alas an mereka dalam memperthankan argmentasinya.
3) Siswa dapat terangsang untuk menganalisa masalah di dalam kelompok, asal terpimpin, sehingga analisa itu terarah pada pokok permasalahan yang dikehendaki bersama.
4)   Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar/ valid, dan bisa dipertanggungjawabkan.
5)     Karena terjadi pembicaraan aktif, maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
b.      Kekurangan strategi point counter point[11]
1)  Di dalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan untuk menang mungkin terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang lain.
2)      Kemungkinan lain di antara anggota mendapat kesan yang salah tentang orang yang berdebat.
3)   Dengan tekhnik berdebat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalau di ikuti dengan diskusi.
4)  Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.
5)      Agar bisa melaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti sebelumnya.

C.    Cart Sort 
1.      Pengertian strategi Cart Sort
Cart sort merupakan aktifitas kerjasama yang bisa digunakan untuk menhajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu menggairakan siswa yang merasa penat.[12]
Kegiatan ini juga cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan member pertanyaan kuis kepada temannya.[13]
2.      Langkah-langkah strategi Cart Sort
Langkah-langkah strategi cart sort adalah sebagai berikut:[14]
a.    Beri tiap siswa karty indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori.
b.  Perintahkan siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama. (anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa menemukannya sendiri).
c.  Perintahkan siswa yang kartunya memiliki kategori sama untukmenawarkan diri kepada siswa lain.
d.   Ketika tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut anda penting.
3.      Kelebihan dan kekurangan strategi Cart Sort menurut Wahyuni[15]
a.      Kelebihan strategi cart sort
1)      Guru mudah menguasai kelas.
2)      Mudah dilaksanakn.
3)      Mudah mengorganisir kelas.
4)      Dapat diikuti oleh siswa yang jumlahnya banyak.
5)      Mudah menyiapkannya.
6)      Guru mudah menerangkan dengan baik.
b.      Kekurangan strategi cart sort
1)      Adanya kemungkinan terjadi peyimpangan perhatian murid, terutama apabila terjadi jawaban-jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran (tujuan) yang diinginkan, dalam arti terjadi penyimpangan dari pokok persoalan semula.


[1] Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), 126.
[2] Rama Yulis, Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Nusa Media, 2006), 110.
[3] Melvin L., Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nuansa, 2012), 173.
[4] Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikai PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Belajar), 100-101.
[5] Saiful Bahri Djarmajah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 77.
[7] Melvin L., Silberman, Op.Cit., 141.
[8] Agus Suprijono, Op.Cit., 99.
[9] Ibid., 100.
[11] http://ardhima.wordpress.com/ diakses 10 Juni 2014.
[12] Melvin L., Silberman, Op.Cit., 169.
[13] Ibid., 250.
[14] Ibid., 169-170.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar