A.
Ruang Lingkup
Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya
yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang
efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat
duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif,
dan juga menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari
iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk
itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama
proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan
antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1.
Visibility (
Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan
barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa
secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang
berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
2.
Accesibility
(mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa
untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses
pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui
oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu
siswa lain yang sedang bekerja.
3.
Fleksibilitas
(Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah
ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti
penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan
metode diskusi, dan kerja kelompok.
4.
Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur
ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.
Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha
guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar.
Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap
dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar
hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak
secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut
Conny Semawan,dkk. yaitu:
1.
Ukuran bentuk
kelas.
2.
Bentuk serta
ukuran bangku dan meja.
3.
Jumlah siswa dalam
kelas.
4.
Jumlah siswa
dalam setiap kelompok.
5.
Jumlah kelompok
dalam kelas.
6.
Komposisi siswa
dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang
yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses
belajar di kelas di sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses
pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak
terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh
siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam
penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan
metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu
mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek
kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena
guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang
nyaman bagi para siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono melihat
siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada
intinya mencakup ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah
:
1.
Persamaan dan
perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi).
2.
Persamaan dan
perbedaan dalam kecakapan.
3.
Persamaan dan
perbedaan dalam hasil belajar.
4.
Persamaan dan
perbedaan dalam bakat.
5.
Persamaan dan
perbedaan dalam sikap.
6.
Persamaan dan
perbedaan dalam kebiasaan.
7.
Persamaan dan
perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman.
8.
Persamaan dan
perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.
9.
Persamaan dan
perbedaan dalam minat.
10.
Persamaan dan
perbedaan dalam cita-cita.
11.
Persamaan dan
perbedaan dalam kebutuhan.
12.
Persamaan dan
perbedaan dalam kepribadian.
13.
Persamaan dan
perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.
14.
Persamaan dan
perbedaan dalam latar belakang lingkungan.
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian
siswa di atas, sangat berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas.
Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa dan
penataan tempat duduk dengan metode belajar kelompok guna menciptakan
lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh
kesenangan dan bergairah dapat terlaksana.
Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangan
pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa
yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa
yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper
aktif, suka melamun, dll.
B.
Jenis-Jenis
Penataan Formasi Tempat Duduk Siswa
Silberman menunjukkan penataan tempat duduk
siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak
tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, model tradisional.
1.
Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan
mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk
mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan
bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung,
sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
2.
Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan
setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru
melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan
kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa
juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat
guru atau papan tulis.
3.
Meja Koferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam
metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik,
kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat
mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat
memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.
4.
Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun
dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan
secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok
penuh.
5.
Susunan Chevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu
dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru,
sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan
kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut
pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses
belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.
6.
Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran
alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan
lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba
untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara
konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah
dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium
untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat
guru.
7.
Tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa
kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki
keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang
sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.
C.
Kelebihan dan
Kekurangan Masing-Masing Formasi (simulasi)
1.
Huruf U
Kelebihan :
guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat
maksimal.
Kekurangan : kondisi
ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak.
2.
Corak Tim
Kelebihan : memungkinkan guru melakukan
interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan
masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan
kegiatan belajarnya dengan baik.
Kekurangan :
Kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat
disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.
3.
Meja Konferensi
Kelebihan :
menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit karena didiskusikan
secara bersama.
Kekurangan :
Dapat mengurangi peran penting siswa.
4.
Lingkaran
Kelebihan :
sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan
peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang
dianggap berat/ sulit.
Kekurangan :
pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa
umumnya lebih suka bermain.
5.
Susunan Chevron
Kelebihan :
mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa
dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan
mampu aktif dalam pembelajaran
Kekurangan :
6.
Auditorium
Kelebihan :
mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara
konvensional (tradisional)
Kekurangan :
lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif
7.
Tradisional
Kelebihan :
siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam
rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan.
Kekurangan :
guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siawa yang
tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar